Minggu, 26 April 2009

naskah drama "MENCARI KEADILAN"

MENCARI KEADILAN KARYA BERTOLT BRECHT
TERJEMAHAN W.S RENDRA
Tokoh-Tokoh:
Hakim A
Inspektur
Jaksa
Pengawal
Babu
Hakim B

Bulan Januari yang berkabut. Nampak dari jendela suasana udara pagi yang murung. Lampu gas yang bundar masih menyala. Hakim A memakai jubahnya. Pintu diketuk orang
Hakim A : Ya, masuk (inspektur polisi masuk)
Inspektur : Selamat pgi, Yang Mulia
Hakim A : Selamat pagi Herr Tallinger. Saya minta anda dating karena saya ingin menanyakan soal Gold Schimt, Kellner dan Gaunitser. Saya mengaku bahwa persoalan ini tidak jelas bagi saya. (isnpektur tidak menjawab) menilik gawatnya persoalan dan huru-hara yang timbul akibat peristiwa ini maka tentunya pihak S.A telah mengadakan penyelidikan bukan? (inspektur mengangkat bahu) Inspektur Tallinger, saya akan merasa berterima kasih seandainya anda mau memberikan kesimpulan mengenai peristiwa ini sebelum pengadilan saya buka. Itu bias anda lakukan bukan?
Inspektur : (berbicara seperti mesin) Pada tahun yang lalu, pada tanggal 2 Desember pada jam 08.15 di waktu pagi hari, tiga orang anggota S.A, Schimt, Kellner dan Gaunitser, menyerang masuk kedalam toko perhiasan Khun di jalan Fredrik, bertukar jawab beberapa kata, dan melukai Khun, yang berumur lima puluh empat tahun, di bagian belakang kepalanya. Peristiwa ini juga bencana materiil seharga kira-kira 11.000 Mark. Penyelidikan polisis yang dikerjakan pada tanggal 7 Desember, pada tahun yang lalu membuktikan bahwa….
Hakim A : Tallinger yang terhormat, semua itu telah tertulis dalam laporan ini. (dengan jengkel ia menunjukkan pada laporan yang Cuma terdiri dari selembar kertsa folio). Seumur hidup saya belum pernah melihat laporan yang sesingkat dan seceroboh ini. Dan tidak lagi ada embel-embel lagi yang diajukan kepada saya ini. Baiklah, jadi semuanya sudah tertulis disitu. Saya harap bahwa anda rela menjelaskan latar belakang dari persoalan ini.
Inspektur : Tentu saja Yang Mulia
Hakim A : Nah?
Inspektur : Latar belakangnya tidak ada Yang Mulia
Hakim A : Tallinger, apakah anda akan menegaskan bahwa masalah ini tampak komplek?
Inspektur : Tentu saja komplek Yang Mulia
Hakim A : Dikatakan disini bahwa beberapa perhiasan telah lengyap selama insiden itu. Apakah semuanya telah diketemukan kembali?
Inspektur : Setahu saya belum (Hakim A melotot, memandang inspektur) Saya punya keluarga Yang Mulia
Hakim A : Saya juga punya Tallinger
Inspektur : Ya (pause sebentar) Yang Mulia tahu, Khun adalah seorang Yahudi
Hakim A : Sebagai Nampak dari namanya
Inspektur : Benar. Dan ada desas-desus tersebar di daerah itu. Mengenai seseorang yang terlibat didalamnya
Hakim A : Aha, siapa tersangkut dalam masalah ini?
Inspektur : Anak perempuan Khun 19 tahun kabarnya cantik
Hakim A : Apakah masalah ini sudah dibereskan secara damai?
Inspektur : BOleh dikatakan tidak. Desas-desus itu kemudian hilang lagi
Hakim A : Lalu siapa biang keladi desas-desus itu?
Inspektur : Pemilik gedung. Seorang yang bernama Herr Von Niel
Hakim A : Ia ingin Yahudi itu keluar dari gedungnya? Memindahkan tokonya?
Inspektur : Begitulah tafsiran kami. Tetapi kemudian nyatanya ia tetap nongkrong disitu
Hakim A : Tetapi bagamanapun ini menjelaskan pertanyaan kenapa anda semacam antipasti terhadap Khun di daerah itu bukan? Dan ketiga anak muda itu bertindak semata-mata gairah patriotisme
Inspektur : (ia menjawab dengan tegas) Saya kira tidak begitu Yang Mulia
Hakim A : Tidak bagaimana?
Inspektur : Saya kira Schmit, Kellner dan Gaunitser tidak akan menghebohkan soal kecemasan ras itu.
Hakim A : Kenapa tidak?
Inspektur : Nama orang Aria yang terlibat tidak pernah disebutkan dalam laporan, siapa orangnya yang bias tahu? Ia bias saja ambil setiap orang Aria bukan? Dan dimana bias ditemukan, di dalam lautan atau di atas langit yang kosong? Dengan pendek S.A tidak mau membicarakan peristiwa itu.
Hakim A : (kesal) Jadi kenapa anda ceritakan semua ini padaku?
Inspektur : Sebab anda tadi berkata bahwa anda punya keluarga. Jadi janganlah anda membicarakan hal yang tidak bias dibicarakan itu lagi. Bagamana pun beberapa saksi sudah disiapkan
Hakim A : Saya tahu, tetapi di luar itu saya tidak tahu apa-apa
Inspektur : Yang Mulia, antara kita berdua, makin sedikit anda tahu makin baik bagi anda
Hakim A : Enak saja ngomong. Tapi sayalah orangnya yang harus menyusun keputusan. Nah ya, kemungkinan lain yang tinggal ialah bahwa Khun-lah yang memulai memancing pertengkaran dengan tiga orang S.A itu. Lain dari ini tidak ada lagi cara untuk menerangkan insiden itu
Inspektur : Begitulah juga isi pikiran saya Yang Mulia
Hakim A : Dalam hal ini bagaimana caranya. Khun memancing pertengkaran?
Inspektur : Menurut keterangan mereka sendiri, mereka dipancing bertengkar oleh Khun dan seorang penggangur yang menyusup untuk Khun. Rupa-rupanya ketiga orang itu sedang berangkat untuk minum ke Bar ketika melewati tokonya Khun. Tiba-tiba Wagner, penggangur itu dan Khun sendiri mulai mengejar mereka
Hakim A : Tetapi tentu saja saksinya tidak ada
Inspektur : Ada. Pemilik gedung. Yang namanya Herr Von Niel itu, menyatakan bahwa ia melihat Wagner memancing-mancing pertengkaran dengan orang-orang S.A itu. Ia melihat lewat jendela. Dan partnernya Khun namanya Herr Stau mengunjungi markas S.A pada siang itu juga. Dan dimuka Schmit, Kellner dan Gaunitser mengakui bahwa Khun selalu ngomong jijik tentang S.A
Hakim A : Jadi Khun mempunyai seorang partner orang Aria?
Inspektur : Jelas. Apakah anda sangka ia akan memilih seorang Yahudi untuk partnernya?
Hakim A : Maka partnernya tidak akan mungkin membuat pernyataan yang merugikan bukan?
Inspektur : (dengan licik) Belum tentu
Hakim A : (jengkel) Aku kurang mengerti. Sudah jelas toko itu tidak akan bias menuntut kerugian apabila terbukti bahwa Khun memancing pertengkaran terhadap Schmit, Kellner dan Gaunitser
Inspektur : Bagaimana anda, kalau Stau partnernya tertarik untuk minta ganti kerugian?
Hakim A : Aku tidak mengerti. Bukannya ia partnernya?
Inspektur : Jelas. (Hakim A pusing) Kami sudah mengetahui bahwa Stau bias keluar masuk markas besar S.A tidak secara resmi dan terbuka, maksud saya, tetapi dari pintu belakang dan mungkin karena itu pula sebabnya maka Khun memilihnya sebagai partner. Pada suatu kali Stau pernah terlibat pada suatu affair yang aneh. Pasukan S.A pernah menculik seseorang yang kemudian keliru. Maksud saya salah orangnya, dan agak sulit membereskan persoalan itu. Tentu saja maksud saya bukan untuk gegabah, menyatakan Stau sendiri di dalam masalah ini akan juga… Bagaimanapun Yang Mulia harus berhati-hati terhadapnya. Yang Mulia baru saja mengatakan bahwa Yang Mulia punya keluarga, jadi saya percaya Yang Mulia bias merahasiakan notabene ini.
Hakim A : (geleng kepala) Apa yang tidak bias saya lihat dengan jelas ini, bagaimana Herr Stau bias meras beruntung apabila toko itu kehilangan 11.000 Mark?
Inspektur : Ya, perhiasan-perhiasan itu sudah terang tidak bias kembali lagi. Hilang. Maksud saya kita tidak bias menemukannya pada Schmit, Kellner dan Gaunitser. Dan mereka juga tidak pernah kedapatan menjual barang-barang itu.
Hakim A : Oo, begitu.
Inspektur : Tentu saja Stau tidak bias diharapkan untuk tetap menjadikan Khun sebagai partnernya setelah ternyat Khun bersalah memancing pertengkaran terhadap anggota S.A, sedangkan tentang kerugian karena telah ada barang yang hilang sebagai akibat peringatan tersebut, maka Khun harus mempertanggungjawabkan kepada Stau. Apakah sekarang jelas?
Hakim A : Tentu saja semuanya sudah jelas sekarang (dengan penuh pikiran ia memandang inspektur, sesaat inspektur langsung memandang ke depan, resmi tanpa ekspresi) Ya, dan dari kesimpulannya akan menjadi begini: Khun memancing keributan terhadap anggota enggg.. Ketiga anggota S.A. nyatalah ia tidak disukai dimana-mana. Engkau sendiri telah mengatakan kepada saya bagaimana ia membuat perasaan pemilik gedung menjadi kikuk karena skandal yang telah terjadi sebagai akibat perbuatan anak perempuannya. Ya, ya saya tahu affair ini tidak pantas untuk dibicarakan tetapi sudah jelas bahwa pemilik gedung itu tentu akan gembira kalau melihat bahwa sebentar lagi aka nada orang yang akan pindah dari gedungnya. Banyak terima kasih Tallinger, anda telah banyak membantu saya (Hakim A menyalami inspektur, inspektur pergi, keluar. Di ambang pintu ia berpapasan dengan Jaksa yang baru saja masuk kedalam ruangan itu)
Jaksa : (kepada Hakim A) Bolehkah saya bicara sebentar?
Hakim A : (sambil makan apel) Anda, boleh
Jaksa : Mengenai soal Schmit, Killner dan Gaunitser
Hakim A : (sebentar mengunyah) Ya
Jaksa : Perkara ini kelihatannya lurus tanpa kompleks, tetapi…
Hakim A : Ya terus terang saja saya tidak mengerti kenapa kantor anda mengadakn pemeriksaan pendahuluan
Jaksa : Apa salahnya? Perkara ini menghebohkan orang-orang bayak. Bahkan anggota-anggota partai membuat agar diadakan penyelidikan
Hakim A : Saya melihatnya tidak lebih sebagai tindakan lancing dari seorang Yahudi. Lain tidak
Jaksa : Nonsene Yang Mulia. Kesimpulan tuduhan kami mungkin kedengarannya terlalu dramatis, tetapi percayalah, bahwa perhatian yang serius pantas diberikan. Janganlah anda naïf. Anda harus belajar berpandangan yang jauh. Dan hati-hatilah jangan membuat kesalahan atau tiba-tiba saja dengan tidak terduga anda bias dibuang menjadi koki di distrik yang terpencil
Hakim A : (kaget, agak lemes, dan berhenti makan apel) Saya tidak mengerti. Anda toh mungkin berminat meloloskan Khun si Yahudi itu dari hukuman
Jaksa : (dengan harga diri) Bagaimana kalau saya memang bermaksud begitu? Tidak benar bahwa Khun telah memancing pertengkaran. Apakah anda berpendapat bahwa Khun tidak mungkin mendapatkan keadilan didalam pemerintahan Reich ke-III semata-mata hanya ia seorang Yahudi? Aneh sekali rencana pemikiran itu
Hakim A : (jengkel) Saya tidak punya pikiran apa-apa, saya semata-mata hanya berpendapat bahwa Schmit, Killner dan Gaunitser melakukan perbuatan itu karena memang dipancing?
Jaksa : Mereka bukannya dipancing Khun, tetapi oleh penggangur yang bernama…Wagner
Hakim A : Spitz! Didalam laporan tuduhan anda tidak ada hal itu disebutkan
Jaksa : Tentu saja tidak. Apa yang kami dengar hanyalah orang S.A menyerang Khun dan lalu kami mengakhiri persoalan itu, karena itu tugas kami. Tetapi bila seandainya saksi Von Niel berkata didalam pengadilan nanti bahwa Khun tidak memancing pertengakaran, bahwa tidak selama keributan itu, tapi sebaliknya justru si penganggur inilah, si Wagner yang agresif melancarkan makian, maka mau tidak mau kita harus mempertanggungjawabkan hal itu.
Hakim A : Jadi Von Niel akan membuat pernyataan semacam itu? Tetapi bukankah ia pemilik gedung. Dan ia ingin kita membuat pernyataan yang menguntungkan Khun
Jaksa : Astaga kenapa anda berfikir seperti itu terhadap Von Niel? Bukankah ia harus mengatakan kebenaran dibawah sumpah. Mungkin anda tidak tahu bahwa Von Niel adalah intelijen dari S.A kecuali itu mempunyai koneksi yang besar artinya didalam kementerian kehakiman. Aku nasehatkan pada Yang Mulia supaya lebih menghargai Herr Von Niel. Ia mungkin tidak bersalah
Hakim A : Say kira saya cukup menghargainya. Dewasa ini orang juga tetap menghargai orang yang menolak orang Yahudi untuk tinggal didalam gedungnya
Jaksa : Saya kira asal Khun masih tetap membayar uang sewa…
Hakim A : Baru saja saya diberitahu bahwa suatu kali Herr Von Niel member informasi yang tidak baik tentang diri Khun dan putrinya ialah…
Jaksa : Jadi Yang Mulia sudah tahu akan hal itu. Tetapi bukankah anda keliru kalau menyangka bahwa Von Niel ingin mengusr Khun dari gedungnya? Sebab ternyata kemudian ia mencabut kembali informasinya itu. Bukankah lebih tepat bila kita menyangka bahwa akhirnya akhirnya mereka telah menemukan kata sepakat yang paling menguntungkan? Yang Mulia jangnlah begitu naifi
Hakim A : (betul-betul jengkel) Herr Spitz! Persoalan ini tidak gampang, partnernya sendiri yang semula kuduga akan melindunginya malah akan menuntutnya. Dan pemilik gedung itu yang semula kuduga akan mennuntutnya malah melindunginya. Ini tidak gampang, tapi toh kita harus sampai pada satu kesimpulan
Jaksa : Untuk itulah kita digaji
Hakim A : Konyol! Suka Havana? (jaksa mengambil Havana dan keduanya merokok, termenung-menung, akhirnya Hakim meneruskan perkataannya dengan pelan) Tetapi seandainya Khun dibebaskan dari segala kesalahan dimata pengadilan nanti akan segera ia bias menuntut ganti kerugian kepada pasukn S.A
Jaksa : Tidak mungkin orang berani menuntut S.A Paling-paling ia nanti akan menuntut Schmit, Kelliner dan Gaunitser yang tidak mempunyai uang sepeser pun. Nah itu si em…siapa namanya? Wagner! (dengan tekanan) setiap orang harus berfikir dua kali sebelum menuntut S.A
Hakim A : Dimana Khun dewasa ini?
Jaksa : Di Rumah Sakit
Hakim A : Dan wagner?
Jaksa : Di Kamp Konsentrasi
Hakim A : (sedikit agak lega) Yah, yah. Menilik keadaannya benar juga bahwa Khun tidak berani menuntut S.A. dan Wagner tidak akan banyak cerewet untuk membela namanya. Tapi orang-orang S.A pasti tidak akan merasa puas apabila mereka melihat ada orang Yahudi yang bias lolos dari hukuman pengadilan
Jaksa : Tetapi pengadilan harus menegaskan bahwa ketiga orang S.A itu telah dipancing untuk bertengkar. Tidak begitu penting bagi mereka, apakah si pemancing itu adalah orang Yahudi atau Komunis
Hakim A : (masih ragu-ragu) Ah itu tidak benar. Betapapun selama pertengkaran antara Wagner dengan orang-orang S.A toko perhiasan itu rusak dan beberapa intan telah hilang. jadi banyak sedikitnya S.A terlibat dalam masalah ini
Jaksa : Yah, anda toh tidak bias memuaskan segala pihak. Tetapi saya percaya bahwa perasaan patriotic anda pasti bias member bimbingan siapa yang harus dibela haknya. Dan saya menekankan satu hal, saya dinasehatkan dan nasehat ini dating dari kalangan tinggi didalam S.A bahwa dewasa ini Negara lebih membutuhkan dukungan para hakim
Hakim A : (menarik napas panjang, mengeluh) Saya bingung. Sangat sukar untuk tahu dengan pasti mana keadilan yang dikehendaki, bukan Splitz? Anda harus mengetahui hal ini.
Jaksa : Tentu saja. Tetapi, Menteri Kehakiman kita telah mengutarakan satu ucapan yang brilian yang barangkali bias dipakai sebagai pedoman. “Apa saja yang bergema bagi rakyat Jerman itulah yang disebut keadilan”
Hakim A : (Tanpa perasaan) Ya, tentu saja
Jaksa : Ucapkanlah ittu dengan sedikit gembira Tuan Hakim (ia berdiri) Wah, sekarang anda tahu latar belakangnya. Seharusnya sekarang tidak ada kesulitan apa-apa lagi. Sampai ketemu Yang Mulia. (ia meninggalkan kamar. Hakim A merasa gelisah. Ia berdiri sejenak dimuka jendela, menghisap cerutu lalu pergi ke meja, membolak-balik laporan-laporan dengan pikiran yang melayang ke soal yang lain. Akhirnya ia membunyikan bel. Seorang pengawal masuk)
Hakim A : Panggilkan Inspektur Tallinger. Ia berada di kamar saksi. Jagalah jangan sampai menarik perhatian orang. (pengawal pergi, kemudian inspektur masuk) Tallinger, untung saja tidak meneruskan nasehatmu sebagai provokasi dari pihak Khun. Saya dengar bahwa Herr Von Niel bersedia memberikan kesaksian dibawah sumpah bahwa Wagnerlah yag melakukan provokasi bukannya Khun
Inspektur : (Seperti batu) Memang betul Yang Mulia
Hakim A : “memang betul” Nah apa sekarang maksudmu?
Inspektur : Bahwa memang Wagnerlah yang melakukan provokasi
Hakim A : Jadi begitulah kebenarannya?
Inspektur : Yang Mulia, kebenaran atau bukan kita tidak bisa
Hakim A : (dengan pasti) Dengarkan, Bung. Anda berdiri didalam pengadilan Jerman. Apakah Wagner mengaku salah atau tidak?
Inspektur : Yang Mulia, terus terang saja, saya tidak dating ke Kamp Konsentrasi untuk bertemu sendiri dengan Wagner. Tetapi didalam laporan Tanya jawab yang resmi dimana disebutkan bahwa Wagner sedang sakit ginjal, disstu disebutkan bahwa ia telah mengaku bersalah, hanya saja…
Hakim A : Baiklah ia mengaku bersalah, tetapi apa maksudmu dengan “hanya saja” itu?
Inspektur : Wagner adalah veteran perang dunia I. ia menderita cacat karena tembakan di kepalanya dan menurut Herr Stau -ialah partner Khun- ia tidak bias bersuara keras. Maka sebenarnya tidak mungkin bahwa Von Niel yang waktu itu berada di tingkat ke II bias mendengar ia memaki-maki orang S.A itu, sebab tidak…
Hakim A : Ah, ya tentu saja satu provokasi tidak perlu dilakukan dengan suara keras. Satu gerakan tangn saja bias menimbulakan satu provokasi. Saya mendapatkan kesan bahwa pihak Kejaksanaan ingin memberikan lubang bagi S.A. ya memang begitulah tepatnya keinginan mereka.
Inspektur : Demikianlah Yang Mulia
Hakim A : Apa kata Khun
Inspektur : Khun mengatakan bahwa sama sekali ia tidak berada di toko itu dan ia luka di bagian kepalanya karena ia jatuh dari tangga. Itu saja yang bias dikatakan
Hakim A : Orang itu mungkin benar-benar tidak bersalah, tetapi secara sial terlibat dalam perkara ini
Inspektur : Yang Mulia
Hakim A : Janganlah seperti orang gial. Berhentilah berkata “Yang Mulia”!!
Inspektur : Yang Mulia
Hakim A : Apalagi maksudmu! Janganlah engkau salah tafsir Tallinger. Engkau harus sadar bahwa saya agak gelisah. Saya yakin kau cukup bias dipegang kata-katanya, tetapi etika kau member nasehat itu kepadaku, apa sebenarnya maksudmu?
Inspektur : Apak anda tidak pernah berfikir bahwa mungkin jaksa itu menginginkan jabatan anda sekarang? Dan karenanya ia member jalan yang keliru kepada anda, hal semacam itu sudah biasa di jaman sekarang. Yahudi itu tidak bersalah. Bahwa ia tidak pernah memberikan provokasi untuk bertengkar, bahkan waktu itu ia tidak berada di tempat pertengkarn itu. Dan mendapatkan luka dikepalanya lantaran tidak sengaja. Maka lalu ia kemudian kembali ketokonya. Herr Stau tidak bias menghalang-halangi dan toko itu sudah menderita kerugian 11.000 Mark. Sekarang Herr Stau, sebagai partnernya, karena tidak bias menuntut kalau ia harus ikut menanggung kerugian itu, maka Stau akhirnya nanti menuntut ganti kerugian kepada S.A. ya, ia akan berbuat begitu karena saya tahu betul sifat orang ini. Tentu saja ia tidak akan berhadapan dengan orang-orang S.A seorang diri secara pribadi sebab ia sudah menjadi partner seorang Yahudi, ialah yang menuntut istilah sekarang “ia telah menjadi begundal oarng Yahudi” ….Lalu ia akan meminjam tangan, lalu akan disebutkan nanti bahwa orang-orang S.A di dalam antusiasme patriotiknya telah menyita intan-intan seharga 11.000 Mark. Nah bias anga bayangkan nanti bagaimana orang-orang S.A akan menerima akibat keputusan anda nanti. Khayalak ramai juga tidak bias menerima keputusan seperti itu. Sebab di dalam Reight III, bagaimana mungkin seorang Yahudi menyalahkan S.A (terdengar huru-hara di belakang panggung, makin lama makin keras)
Hakim A : Kenapa gaduh itu? Nanti dulu Tallinger (mengebel pengawal, pengawal masuk) Apa artinya kegaduhan itu?
Pengawal : Ruang pengadilan penuh sesak. Orang-orang berdesak-desakan sehingga tidak ada jalan masuk lagi. Tapi tiba-tiba datanglah orang-orang S.A, mereka mendesak minta jalan masuk. Mereka bilang, mereka diperintahkan pemimpinnya untuk hadir dalam siding pengadilan ini. (pengawal pergi, Hakim A kelihatan ketakutan)
Inspektur : Hati-hatilah sekarng. Nampaknya tekanan dari pihak S.A terhadap anda cukup nyata. Dengan sangat saya nasehatkan pada anda, titik beratkanlah semuanya pada Khun. Janganlah berani mengusik-usik S.A
Hakim A : (tertunduk, putus asa, ia pegang kepalanya dengan kedua tangannya. Ia ampak lelah) Baiklah Tallinger semuanya akan saya pikirkan
Inspektur : Benar, pikirkanlah baik-baik Yang Mulia (ia pergi keluar, hakim A dengan susah payah berdiri dan membunyikan bel dengan gaduh, pengawal masuk) Panggilkan Hakim Basserman. Dengan hiormat saya mengharapkan kedatangannya sebentar saja. (pengawal keluar, Babu masuk membawa kantong makanan siang)
Babu I : Jangan jadi linglung Yang Mulia. Sungguh kelewatan, lihatlah, apa yang tuan lupakan hari ini. Tuan lupa membawa makan siang tuan, lalu nanti tuan harus membeli asal roti saja dan akhirnya tuan akan sakit perut lagi seperti seminggu yang lalu. Ini menunjukkan bahwa anda kurang memelihara diri
Hakim A : Baik, baik Flora
Babu I : Say hampir-hampir tidak bias masuk. Seluruh gedung penuh dengan orang-orang S.A yang akan menyaksikan perkara ini. Tetapi sekarang orang-orang S.A yang sombong itu akan mendapatkan ganjarannya, bukan? Orang-orang itu galak dan tidak punya perikemanusiaan. Sungguh orang-orang S.A akan menginjak Jerman. Di toko-toko daging orang-orang berkat “ untunglah masih ada keadilan didunia” Sungguh tidak bias dibenarkan bahwa mereka memukul seorang pedagang seenaknyasaja, dan beramai-ramai pula. Biarpun seorang Yahudi tidak pantas diperlakukan seperti itu. Dan bayangkanlah cara mereka merampok perhiasan-perhiasan itu. Seenaknya saja. Seakan-akan semuanya itu barang-barang mereka sendiri. Seluruh orang tahu bahwa separuh anggota S.A adalah anggota bekas criminal, seandainya tidak ada hakim dan pengadilan lagi, bahkan cathedral pasti akan mereka rampok
Babu II : Barangkali memukuli orang sekedar untuk merampok perhiasan. Salah satu dari mereka yang bernama Schmit dan kawin dengan seorang gadis yang enam bulan yang lalu berkeliaran di jalan menawarkan dirinya. Dan mereka juga menyerang Wagner, pekerja kasar itu, selagi ia menyekop salju di jalan. Semua orang melihatnya. Merak terang-terangan mengerjakannya. Seluruh distrik telah diteror oleh mereka. Dan apabila seseorang berani mengatakan sesuatu, maka ia dipukuli oleh mereka, ia pasti tidak akan bias bangun kembali untuk selama-lamanya
Hakim A : Baiklah, Flora, baiklah. Sekarang pergilah
Babu V : Ditoko daging tadi, dihadapan orang banyak saya telah berkata “Hakim Richter akan member perhitungan pada mereka, mereka akan tahu betul watak tuanku. Dengan seluruh jiwa raganya ia mengabdi undang-undang. Bukankah benar kata-kata saya, Yang Mulia? Semua orang yang terhormat di pihak anda. Janganlah khawatir apapun. Hanya ingatlah, jangan makan terlalu cepat, kunyahlah pelan-pelan. Itu baik untuk kesehatan anda. Sekarang saya harus pergi. Saya tidak akan mengganggu anda, tuan. Tuan akan segera akan menghadapi perkara sulit, tapi janganlah kehilangan kesabran dan tetap harus makan pelan-pelan. Palin-paling toh hanya akan memakan waktu dua atau tiga menit, dan itu tidak akan membuat perbedaan apa-apa. Tetapi sekali-sekali janganlah makan dengan urat syaraf gelisah. Nah jaglah diri baik-baik! Kesehatan adalah pangkal kebahagiaan. Sekarang saya pergi. Saya lihat tuan sudah gelisah untuk segera membuat pernyataan dengan orang-orang S.A itu dan saya harus segera berbelanja (babu pergi, Hakim B yang lebih tua dari Hakim A masuk)
Hakim B : Ada apa Richter?
Hakim A : Basserman, saya ingin bicara sebentar denganmu. Sebentar saja, siang ini saya menhadapi satu perkara yang gawat
Hakim B : (duduk) Ya, perkara dengan S.A
Hakim A : (kaget) Siapa yang menceritakan padamu?
Hakim B : Masalah itu dibacarakan dengan hangat di kementrian Kehakiman. Memang gawat (Hakim A mulai berjalan hilir mudik)
Hakim A : Apa kata mereka disana?
Hakim B : Mereka kasihan padamu (menyelaam menyelidik) Apa yang akan kau lakukan sekarang?
Hakim A : Saya tidak tahu. Tambahan pula saya tidak menyangka bahwa perkara ini menjadi perhatian umum
Hakim B : (merasa aneh) Oh, ya?
Hakim A : Ada orang mengatakan Herr Stau -partner Khun itu- agak berbahaya
Hakim B : Memang benar. Tetapi Von Niel, pemilik gedung itu juga bukan orang pengalah
Hakim A : Apa saja yang diketahui tentang dia?
Hakim B : Cukup banyak. Ia punya relasi-relasi penting (keterangan yang tegang)
Hakim A : Relasi penting dikalangan tinggi?
Hakim B : Dikalangan tinggi (pause tegang lagi) (dengan taktis) Apabila kau bebaskan Yahudi itu dank au bebaskan pula Schmit, Kelliner dan Gaunitser dengan alas an mereka dipancing bertengkar dengan Wagner, bukankah orang-orang S.A akan cukup puas? Batapapun juga Yahudi itu tidak akan berani menuntut kerugian kepada S.A untuk barang-barangnya yang hilang
Hakim A : (tegang) Engkau lupa bahwa Yahudi itu punya partner. Ia akan berani menuntut S.A dan lalu akhirnya nanti seluruh pimpinan markas akan menerkam pundakku
Hakim B : (argumentasi itu agak membuat ia terdiam dan berfikir sejenak) Dan apabila kau hanya membebaskan Yahudi itu semata-mata tanpa memberinya hak untuk menuntut ganti kerugian, Von Niel pasti marah-marah. Mungkin kau tidak tahu betapa banyaknya utang Von Niel di bank? Yahudi itulah satu-satunya orang yang bias menolongnya
Hakim A : (kaget) Utang di bank? (ada ketokan dipintu)
Hakim B : Masuk!
Pengawal : (masuk) Yang Mulia, saya betul-betul terdesak keadaan. Semua kursi sudah ditempati. Tiba-tiba Jaksa Agung dan Presiden Pengadilan daerah dating, mereka harus mendapat tempat duduk. Bagaimana akan mengatasinya? (Hakim A pusing)
Hakim B : (bertindak dingin) Sediakan 2 kursi. Tutup mulutmu dan jangan ganggu. Keluar! (pengawal pergi)
Hakim A : Itulah kartu S.A terakhir
Hakim B : Von Nier takkan mungkin membiarkan Khun hancur. Ia sangat membutuhkannya
Hakim A : Untuk dijadikan sapi perahan?
Hakim B : Say tidak berkata begitu. Janganlah engkau menyangka yang tidak-tidak tentang saya. Kata-kata semacam itu terlampau keras untuk diucapkan Herr Von Niel. Ini penting, saya tidak mau disaangka pernah mengucapkan kata-kata jijik tentang Von Niel. Sungguh tidak enak untuk secara langsung menuduh Von Niel perlu sapi perahan
Hakim A : Janganlah main gampang tersinggung. Ingatlah akan hhubungan kita
Hakim B : Apa yang kau maksud dengan “hubungan kita”? saya tidak bias mencampuri perkaramu. Apakah engkau akan memihak Menteri Kehakiman atau orang-orang S.A. itu urusanmu sendiri. Di jaman sekarang ini orang harus mengurusi diri sendiri
Hakim A : Kau piker apa yang tengah kita bicarakan? Aku tengah mengurus diriku sendiri. Tapi aku tidak tahu jalan mana yang harus ku tempuh (suara hiruk pikuk dari luar, hakim mendengar dengan tertegun)
Hakim B : Nasib sial!
Hakim A : Ya, Tuhan. Kau harus mengerti Basserman, aku mau berbuat apa saja. Katakanlah apa yang harus ku perbuat? Nampaknya engkau telah jauh sekali berubah. Aku akan berbuat apa saja yang mereka kehendaki, tetapi aku mesti di beri tahu apa sebenarnya yang mereka mau? Kalau begini keadaannya, ini artinya tak ada lagi keadilan.
Hakim B : Kalau saya jadi kamu, saya akan berteriak tak ada lagi keadilan.
Hakim A : Ya, Tuhan. Saya salah lidah. Bukan itu maksud saya, saya bermaksud untuk mengatakan bahwa…….apabila ada kontradiksi semacam ini……
Hakim B : Kita harus menganggap diri kita “saudara sesama manusia”
Hakim A : Ya, tentu saja. Saya tidak pernah mengatakan sesuatu yang berbeda tentang itu. Saya harap janganlah terlalu mempertimbangkan setiap perkataan yang saya ucapkan.
Hakim B : Mengapa tidak? Saya seorang hakim.
Hakim A : (Berkeringat) Sahabatku Basserman, apabila kita harus mempertimbangkan setiap ucapan dari seorang hakim, maka…… Saya bersedia memeriksa perkara ini dengan sungguh-sungguh dan teliti dan keras, tetapi saya harus di beri tahu keputusan yang manakah yang dikehendaki oleh pihak kalangan tinggi. Apabila saya biarkan Yahudi itu bebas, maka pemilik gedung akan marah….ah, bukan pemilik gedung, maksud saya partnernya….. Aduh saya benar-benar pusing dan bingung. Dan apabila pekerja kasar ittu menjadi sebab provokasi, maka pemilik gedung itu – siapa namanya? Von Niel tentu ingin…. Saya tak mau kehilangan jabatan saya yang sekarang, saya tak mau dipindah ke desa kecil. Jantung saya lemah sekali. Dan saya tak ingin bermusuhan dengan orang-orang S.A. ingatlah saya punya keluarga, sangat gampang bagi istri saya untuk menasehatkan agar supaya saya secara jujur mengadili perkara, tapi tahu-tahu saya nanti ada di rumah sakit. Haruskah sekalian ini saya menekankan pada pertengkaran atau provokasi? Apakah sebenarnya yang mereka inginkan dari saya? tentu saja saya tidaka akan menjatuhkan kesalahan-kesalahan pada orang S.A, tetapi harus kupilih apakah Yahudi itu, ataukah pekerja kasar itu? Yang mana? Bagaimana saya bias memilih antara pekerja kasar itu dan orang Yahudi itu? Bagaimanapun saya tidak mau dipindahkan ke sebuah distrik kecil. Ini tidak bias dipersoalkan lagi. Saya lebih suka di Kamp Konsentrasi. Janganlah memandang saya bersedia melakukan nasehat apapun juga asal jelas..
Hakim B : Sekedar bersedia saja tidak cukup sobat (ia berdiri)
Hakim A : Lantas bagaimana yang seharusnya?
Hakim B : Pad umumnya hati nurani hakim akan membimbingnya, ingatlah itu. Selamat tinggal
Hakim A : Ya, tentu saja! “keputusan diambil berdasarkan pengetahuannya dan hati nuraninya” Tetapi soalnya sekarang apa yang harus kupilih? Apa Basserman? Katakanlah! Apa? (sementara itu Hakim B meninggalkan ruang. Hakim A menurutkannya dengan pandangan matanya, diam, termangu, telpon bordering, mengangkat telpon) Ya, Emi? Mereka tidak bias dating kesana? Kepesta ulang tahun- Siapa yang meneleponmu? –Jaksa Senior? Dari mana dia tahu? Apa maksud saya? 0-aku harus memutuskan suatu perkara (telpon diletakkan dengan menddak. Pengawal masuk. Suara hiruk pikuk terdengar diluar)
Pengawal ; Schmit, Killner dan Gaunitser telah tiba Yang Mulia
Hakim A : (mengumpulkan kertas-kertasnya) Aku pun siap
Pengawal : Kursi wartawan telah penuh, Jaksa Senior berkata “ Kursi Hakim harus tetap kosong, jangan sampai salah ditempat penonton, supaya hakim tidak terpaksa harus mengadili dengan berdiri di lantai” :
Hakim A : Betapapun aku tidak akan menghinakan diri semacam itu
Pengawal : Marilah Yang Mulia. Dimana map Yang Mulia tadi?
Hakim A : (sangat bingung) Ya, itulah yang saya mau. Tanpa laporan-laporan itu saya bias keliru nanti. Siapa sebenarnya yang tertuduh. Betul-betul ini suatu banyolan. Bagaimana nanti sikap kita kepada Jaksa Senior?
Pengawal : Astaga! Yang Mulia keliru, itu bundel majalah, bukan map laporan. Nah inilah map laporan itu (ia menitipkan map laporan itu keketiak Hakim A) (dengan pikiran melayang dan menyeka keringat dari dahinya, Hakim A pergi ke kamar)
WIS MARI TENAN
***SELESAI***