Minggu, 26 April 2009

naskah drama "OPERASI"

OPERASI KARYA : PUTU WIJAYA NASKAH DIADAPTASI UNTUK PEMENTASAN TEATER PELANGI UM
ADEGAN I
Sebuah ruang tunggu di tempat dokter praktek. Sepi. Lalu muncul seseorang. Mulanya dia ragu untuk masuk karena melihat di dalam masih sepi. Tapi ia memberanikan diri karena ia sedang butuh dokter.
Ia duduk. Menunggu. Mulai gelkisah ketika sepi tidak mengamati seluruh ruangan. Lalu muncul orang yang lain dengan karakter yang beda dan persoalan yang berbeda. Lalu muncul orang lagi. Ada interaksi antar orang. Semuanya berakhir ketika asisten dokter masuk. Ia lalu menyebutkan nama. Yang disebutkan masuk. Orang yang pertama datang merasa heran kenapa bukan namanya yang disebut. Tidak lama pasien yang masuk tadi keluar. Ada perubahan besar pada dirinya. Kondisi ia lebih baik dari ketika ia memasuki ruang tunggu. Asisten dokter muncul lagi. Kejadian serupa berulang. Orang yang pertama datang, makin heran. Ia berupaya untuk bertanya tapi asisten dokter keburu masuk. Lalu orang kedua yang masuk tadi keluar dengan kondisi yang lebih baik pula. Asisten dokter muncul dan menyebut nama. Kejadian serupa berulang. Orang yang datang pertama tak sabar. Asisten dokter dengan tenang hanya mengatakan, “Tenang, harap tunggu sesuai antrian”. Orang pertama merasa aneh. Dongkol. Begitu seterusnya sampai Ia sendirian di ruang itu. Sepi. Ia mulai lelah, sampai akhirnya ia tertidur. Lampu berubah.
ADEGAN II
Entah karena apa akhirnya yang tertidur itupun terbangun. Ia melihat sekeliling. Ia sudah berada di ruang praktek dokter. Terlihat berbagai alat atau hiasan yang sesuai dengan sebuah ruang dokter. Ruang itu sepi. Tidak ada apa-apa kecuali orang itu. Lalu orang itu beranjak. Ia mengamati benda-benda di ruangan itu. Ketika tengah keasyikan mengamati, dokter masuk.
DOKTER : Selamat sore!
PASIEN : (Terkejut) oh, maaf selamat sore!
DOKTER : Ada yang bisa saya Bantu?
PASIEN : Anda dokter yang praktek di sini?
DOKTER : Benar!
PASIEN : Syukurlah! Saya sudah lama menunggu anda!
DOKTER : O, (TERSENYUM MAKLUM) silahkan duduk!
PASIEN : Terima kasih (BERGEGAS DUDUK)
DOKTER : Nama anda siapa?
PASIEN : Nama? Oh, nama saya (MENYEBUT NAMA)
DOKTER : Hmm. Apa keluhan anda?
PASIEN : O, saya sedang butuh seorang dokter
DOKTER : Tentu saja, anda sudah datang kemari
PASIEN : Tetapiu saya tidak sedang menderita penyakit dokter!
DOKTER : Lantas?
PASIEN : Saya kemari juga tidak minta untuk diobati dok!
DOKTER : Ya, ya! Tapi coba ceritakan apa keluhan anda sebenarnya?
PASIEN : O, begini dokter, Muka saya ini terlalu umum dokter! Sama sekali tidak ada ciri yang khas dan istimewa. Coba amati muka saya… muka saya ini sama saja dengan berjuta-juta orang Indonesia lainnya. Mata saya tidak sipit seperti orang Jepang juga tidak lebar seperti orang Bule. Hidung saya ini dok, tidak mancung juga tidak dapat dikatakan pesek. Ah, kalau nama saya ini saya ganti yang aksi misalnay (MENYEBUT SATU ATAU DUA NAMA) juga tidak membuat saya berbeda dokter. Itulah yang membuat saya merasa hambar dan seperti berjalan di jalan datar yang panjang dan membosankan. Pantas saja kalau saya melamar jadi bintang film,tidak ada yang mau menerima.
DOKTER : O, jadi anda mau jadi bintang film?
PASIEN : Begitulah!
DOKTER : Jadi anda datang kemari mau dioperasi supaya bisa diterima jadi bintang film?
PASIEN : (MENGANGGUK)
DOKTER : Itu mudah, sebentar.
PASIEN : E…kenapa anda memandang seperti itu. Ada yang salah pada diri saya?
DOKTER : (tersenyum) jangan khawatir itu salah satu cara saya untuk mencari rumus dan kunci pada wajah anda. Sehingga nantinya saya mudah untuk melakukan operasi
PASIEN : Oh.
DOKTER : Ya. Saya sudah menemukannya. Anda mau dibuat cantik seperti siapa?
PASIEN : (TERPERANJAT) apa dokter bilang? Cantik? Jangan dokter, jangan bikin saya cantik?
DOKTER : Lantas?
PASIEN : Kedatangan saya kemari adalah ingin menjadi orang yang berwajah jelek, bahkan terjelek di seluruh muka bumi ini!
DOKTER : (TERTAWA) anda bercanda!
PASIEN : Saya tidak bercanda dan ini bukan lelucon. Ini serius dok! Saya benar-benar ingin menjadi orang yang paling jelek, jelek,
dan jelek sekali. Kalau bisa lebih jelek dari si (MENYEBUT SATU ATAU DUA NAMA) sudahlah siapa saja pokoknya
jelek.
DOKTER : Jadi anda benar-benar serius?
PASIEN : Ya. Buat wajah saya sejelek mungkin. Pesekkan hidung saya atau rusak mulut saya, ubah mata saya atau terserah dokter. Dokter kan tahu sendiri! Yang penting saya bisa komersil!
DOKTER : (TAMPAK KEBINGUNGAN)
PASIEN : Dokter kok kelihatannya bingung
DOKTER : Tentu saja saya bingung sebab selama ini belum ada yasng datang kemari yang minta supaya mukanya dirusak. Rata-rata
mereka minta supaya dibuat ganteng atau cantik. Lihat saja surat-surat pujian dan piagam penghargaan itu, atau lihat foto-
foto itu, itu adalah hasil kerja saya dan rata-rata mereka puas.
PASIEN : Tapi apa susahnya merusak? Merusak itu lebih mudah daripada membuat ganteng atau cantik!
DOKTER : Saya tahu,tapi…
PASIEN : Tapi apa dokter?
DOKTER : Saya tidak bisa menjamin nanti setelah operasi dan wajah anda rusak, anda bisa komersil!
PASIEN : Dokter tidak usah ragu-ragu, saya yakin, nanti kalau rusak pasti komersil!
DOKTER : Saya jadi berfikir sekarang apa perkembangan jaman sekarang sudah begitu majunya sehingga yang saya pelajari sudah terlambat dan tidak bisa mengikutinya. Seingat saya, saya tidak pernah diajari ilmu rusak-merusak seperti yang diminta sekarang!
PASIEN : Jangan takut dokter. Bukankah ini yang peretama kalinya. Dokter pasti akan tambah terkenal dan saya juga ikut terkenal nantinya
DOKTER : (BERFIKIR KERAS)
PASIEN : Ayolah dokter. Tidak usah banyak fikir, sebaiknya cepat saja kita lakukan operasi
DOKTER : Tidak bisa.
PASIEN : Oh. Bagaimana kalau ongkosnya saya bayar dua kali lipat?
DOKTER : (TIDAK MENJAWAB)
PASIEN : Saya naikkan tiga kali lipat
DOKTER : Ini bukan soal uang.
PASIEN : Ah, atau saya buat surat pernyataan di kertas segel bahwa saya tidak menuntut dokter kalau wajah saya di rusak bahkan tidak komersil sekalipun !
DOKTER : (DOKTER MEMANGGIL ASISTENNYA DAN BERUNDING)
ASDOK I :Tidak apa-apa dokter. Sebagai seseorang yang professional saya berpendapat, bagaimana kalau permintaan pasien itu kita penuhi saja. Soalnya ini menyangkut orientasi keuntungan dan prestasi institusi kita. Kalau ini bergasil, kita akan dibicarakan banyak kalangan, media massa akan meliiput kita, akan banyak seminar-seminar yang membicarakan prestasi kita.
ASDOK II : Betul dokter. Kita layani saja masalahnya sebagai dokter kita tidak boleh mengecewakan pasien. Apalagi dia mau bayar lebih tanpa menuntut lagi. Ini peluang dokter. Peluang besar.
DOKTER : Bukan itu masalahnya. Tetapi hal itu bertentangan dengan jabatan dan sumpah saya sebagai dokter.
ASDOKI : Idealis itu perlu, tapi ini jaman krisis dokter, krisis. Orang sudah tidak malu lagi jika berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan keahlian dan jabatan sekalipun. Konstitusi Negara saja sudah diabaikan orang apalagi Cuma sumpah jabatan sebagai seorang dokter.
DOKTER : Tapi dokter itu menyembuhkan orang sakit. Tidak membuat orang menjadi sakit.
PASIEN : Tapi saya merasa sakit jika wajah saya tidak dirusak dokter.
DOKTER : Itu jelas-jelas tidak sakit tapi mencari penyakit.
ASDOKI : Dokter!
DOKTER : Kalian masuk saja dulu, akan aku panggil lagi jika kubutuhkan. Ini akan saya selesaikan sendiri.
ASDOKII : (SAMBIL BERJALAN KAKI) peluang. Ingat dokter. Peluang.
PASIEN : Bagaimana dokter?
DOKTER : Tetap tidak bisa saudara.
PASIEN : Baik. Permintaan akan saya perbaiki. Bagaimana kalau mata saya yang kiri ini diperkecil sedikit, Karena kalau berjalan sering kemasukan debu atu angina.
DOKTER : Mata anda normal-normal saja.
PASIEN : Kalau begitu cabut semua gigi saya sampai ompong
DOKTER : Tidak bisa!
PASIEN : Oke, buat lubang hidung saya menjadi tiga agar saya bisa bernapas dengan lega, karena sering pilek dan tersumbat!
DOKTER : Tidak bisa. Pokoknya tidak bisa. Saya ini memperbaiki yang rusak bukan merusak yang tidak rusak.
PASIEN : Jadi dokter hanya mau memperbaiki wajah orang yang rusak?
DOKTER : Betul!
PASIEN : Bukan merusak wajak yang tidak rusak?
DOKTER : Tepat!
PASIEN : Jadi seandainya muka saya rusak, dokter mau memperbaikinya?
DOKTER : Tentu!
PASIEN : Dokter berjanji?
DOKTER : Baik!
PASIEN : Oke. Kalau begitu saya pulang sekarang. Akan saya robek-robek muka saya dengan silet hingga muka saya benar-benar rusak. Setelah itu saya akan kemari lagi dan dokter harus mau mengoperasinya sesuai dengan janji dokter tadi. Baik saya pulang dulu. Selamat sore. (BERGEGAS KELUAR)
DOKTER : Hei Mbak! Tunggu dulu!
PASIEN : Apalagi dokter?
DOKTER : Cuma kasih saran!
PASIEN : Saya tahu dokter! Pasti anda menyarankan untuk pergi ke dokter jiwa. Apahal sebenarnya merekalah yang menyuruh saya agar datang kemari.
DOKTER : Bukan. Begini, kalau anda ingin membelli silet, belilah di depan took sana, karena disitu menyediakan silet yang baru, asli buatan luar negeri. Impor (TERSENYUM)
PASIEN : (PASIEN BERGEGAS PERGI MENINGGALKAN DOKTER DENGAN PIKIRAN ANEH)
DOKTER : (MEMANDANG PASIEN SAMPAI IA BENAR-BENAR KELUAR) ( MENGHELA NAPAS) Hah..ada ada saja. Hari yang benar-benar sibuk. Pulang dulu ah! (SETELAH BERKEMAS, IA BICARA DARI LUAR KEPADA ASISTENNYA YANG ADA DI DALAM) Hei, aku pulang dulu, nanti kalau pulang, jamgam lupa matikan lampunya! (EXIT)
Bersamaan dengan itu lampu mati dan musik penutup mul;ai berbunyi.
The end